"A friend will be there for you when things are good… but TRUE friend will be there for you when things are good and also when things are very bad. And just when it feels like you will never smile again, she can put a smile on your face with just a hug"
Aku marah sekali ketika orang tuaku terkadang menentukan harus dengan siapa aku berteman. Ketika mereka selalu menyarankan dengan suku apa saja aku lebih baik berteman. Seolah-olah orang-orang dari suku itu lebih baik untuk dijadikan teman dari pada yang lain. Semua sama saja dimataku, yang terbaik akan tetap menjadi yang terbaik dari golongan mana pun dia. Semua itu dinilai berdasarkan hati, pikiran, dan sikap mereka. Aku ga pernah merasa suku chinese selalu yang terbaik (walau pun aku juga salah satu dari suku itu). Aku merasa kita semua sama. Sama-sama bangsa Indonesia, sama-sama manusia dan ciptaanNya.
Aku cukup banyak memiliki teman yang menurutku terbaik sejak aku sekolah. Satu per satu yang menurutku terbaik, aku anggap sahabat. Dan tentu saja tidak hanya dari satu golongan. Yang terbaik, merekalah sahabatku. Tapi lambat laun semua mulai terlihat. Semakin lama aku berteman dengan mereka, sikap mereka satu per satu mulai terbaca. Dan seperti kataku tadi "yang terbaik tetap akan menjadi yang terbaik" Semua terbongkar. Aku berhasil mematahkan pendirian kedua orang tuaku yang mungkin sedikit kolot. Mereka bisa melihat sekarang, tidak bisa men-judge seseorang berdasarkan hal tertentu saja.
Dalam dunia perkuliahan, sahabat yang benar-benar sahabat sejati akan semakin terlihat. Dimana walaupun kita sudah terpisah masing-masing, mereka tetap ada untuk kita. Bahu mereka tetap tersedia untuk kita bersandar. Dan tak hanya ada untuk kita disaat kita bahagia saja. Tapi juga disaat kita jatuh. Disaat kita butuh tempat untuk berbagi, butuh tangan untuk menghapus air mata. Dengan senyuman mereka datang menyambut kita. Memeluk kita hangat. Tak harus dengan kata-kata dan saran mereka, kita akan merasa dia sahabat sejati kita. Hanya dengan senyuman, uluran tangan dan kebersediaan mereka mendengar itu sudah lebih dari cukup.
Seseorang berkata padaku "mereka yang benar-benar sahabat sejatimu, akan terlihat. mana yang hanya memanfaatkan kebaikanmu atau memang tulus bersama kamu" Jujur, aku seringkali tidak dapat menolak ketika seseorang, apalagi aku menganggapnya sahabat, meminta bantuan padaku. Meski pun hal itu sulit bagiku, aku akan membantu dengan senang hati semamapuku. Aku merasa tidak ada salahnya aku membantu selagi aku mampu, apalgai dia salah satu orang yang cukup dekat denganku. Aku bahkan bisa menangis untuk mereka, ketika mereka melakukan suatu kesalahan yang sebenarnya sedikit pun tidak akan berdampak pada kehidupanku. Aku bisa menjadi orang yang paling takut mereka terjerumus. Tapi sering kali juga, kebaikanku itu seperti dimanfaatkan oleh mereka. Entah ini hanya perasaanku saja atau memang begitu adanya. Sampai aku kembali dinasehati bahwa "perbedaan baik dan bodoh itu sangat tipis" Aku hanya bisa tersenyum ketika mendengar kalimat itu. Cukup menusukku, tapi aku tau itu semua benar. So?? Semoga sahabat yang aku anggap sahabat saat ini yang terbaik untukku.
"friendship isn't about who you have known the longest, who came first or who cares the best. it's about who came and never left"
No comments:
Post a Comment