Dipertengahan bulan april dua tahun yang lalu mungkin menjadi hari yang paling membahagiakan untuk temanku yang satu ini. Ketika lelaki yang disukaiNya, akhirnya menyatakan rasa yang sama dengan yang Dia rasakan. Dan pada akhirnya menjadi milikNya. Aku sebagai teman yang cukup dekat dengan Dia ikut bahagia dengan kabar gembira ini. Finally, setelah sekian waktu Dia sendiri, kini ada seorang pendamping yang akan menjaga dan menjadi semangat baru untukNya.
Tak ada perasaan aneh ketika itu, sampai suatu waktu seorang temanku yang lain menemukan account jejaring social milik pacarNya. Dalam account itu ada beberapa foto dia dengan perempuan lain. Ketika Dia meminta penjelasan yang lebih lanjut, memang dasarnya “cowok” ada saja alasan dia untuk meyakinkan. Dengan beralasan account-nya dihack oleh seorang temannya, akhirnya pun Dia percaya. Itulah dahsyatnya cinta, membutakan segalanya yang sebenarnya patut dicurigai lebih lanjut.
Sejak saat itu, pertengkaran-pertengkaran kecil sering terjadi. Dan tetap dahsyatnya kekuatan cinta masih memegang kendali. Membuat pikiran positif terus ada didalam pikiran Dia. Tapi itu sudah tidak berlaku untuk aku. Entah feeling seorang teman begitu kuat atau hanya suatu kebetulan, tanpa sadar ternyata aku sering menanyakan hal-hal yang menjurus pada Dia. Seperti “bagaimana kalau suatu saat dia selingkuh dan Kamu melihat itu dengan mata kepalamu sendiri?” Dan jawaban dari pertanyaan itu tak pernah ada. Karena terlalu takut untuk membayangkan hal itu benar-benar terjadi.
Sampai puncaknya, dibulan ke 11 hubungan mereka berakhir. Entah karena masalah apa, aku juga tidak mengingatnya dengan jelas. Yang aku tau pasti hubungan itu berakhir dengan meninggalkan luka yang cukup dalam dihatiNya. Dia frustasi. WajahNya tidak seceria dulu lagi, dikelas (ketika itu kami sekelas) seringkali tiba-tiba Dia menangis. Seolah-olah hidupNya hancur hanya karena ditinggal oleh laki-laki seperti itu. Dirumah, mamaNya selalu berusaha menghibur dan menasehati Dia untuk bangkit dan melupakan semuanya. Tapi semua itu tak membawa sedikit pun perubahan. Sampai akhirnya mamaNya tidak tahan lagi dan memintaku juga untuk membantu menjaga dan menghibur Dia ketika Dia tidak dirumah. Aku terus menyemangati Dia. Menemani Dia, ketika Dia kembali merasa sepi dan tak terbiasa dengan kesendirian ini.
Tidak banyak perubahan terjadi, sampai hari dimana akhirnya aku mengetahui alasan yang jelas mengapa Dia sampai sefrustasi itu. Aku memang lupa tepatnya tanggal berapa, tapi aku ingat jelas setiap detail yang terjadi hari itu. Hari itu, hari dimana adalah giliran kelas kami untuk pergi ret-ret memang diadakan oleh sekolah kami. Saat itu Dia aneh. Dia seolah-olah menjauhiku. Duduk dengan teman sekelas kami yang memang cukup dekat dengan kami, Dia curhat entah mengenai hal apa. Mereka berdua berbisik-bisik seolah takut aku mendengar apa yang mereka bicarakan. Aku diam saja, menunggu kejujuran Dia untuk mengatakan semua itu padaku sendiri.
Sampai pada akhirnya dimalam kedua kami ret-ret, yang ketika itu adalah sesi dimana diadakan doa bersama yang ditujukan untuk kedua orang tua. Seusai doa itu, Dia mengajakku untuk bertemu Romo. Untuk mencurahkan semua perasaan yang ada dalam diri Dia yang membuat Dia stress akhir-akhir ini. Malam itu, dengan air mata berlinang Dia menceritakan awal sampai akhir tanpa melewatkan sedikit pun, apa saja yang Dia perbuat dengan laki-laki itu ketika mereka berpacaran. Sampai dimana satu titik yang membuatku begitu tak karuan, ketika Dia mengatakan Dia telah menyerahkan segalanya pada laki-laki itu. Perasaanku benar-benar tak dapat aku lukiskan. Aku hanya terdiam dengan isak tangis yang tak bisaku tahan. Aku sama sekali tidak membayangkan Dia sampai tahap seperti itu. Dia belum 17 tahun ketika itu dan Dia belum menikah !! Tapi mengapa Dia sampai rela memberikan hartaNya yang paling berharga itu? Aku sungguh tak habis pikir. Aku kecewa, marah, sedih !! Bukan hanya kepada Dia, tapi juga kepada diriku sendiri. Aku merasa tidak berguna sebagai teman yang paling dekat dengan Dia saat itu. Aku merasa kecolongan menjaga Dia. Aku merasa bersalah kepada mamaNya yang begitu mempercayakan Dia padaku. “Maafkan aku, tante karena aku tidak berhasil menjalankan amanat itu dengan baik dan malah sampai saat ini aku ikut-ikutan membohongi tante untuk menjaga rahasia ini.” Entah apa yang akan terjadi sampai hal ini diketahui kedua orang tuaNya.
Malam itu ketika Romo bertanya mengapa Dia tidak menceritakan hal ini padaku, Dia sembari tertunduk mengatakan bahwa Dia takut aku akan menjauhiNya jika aku mengetahui Dia sudah tidak lagi sama dengan Dia yang dulu. Karena jawaban Dia itu, sampai saat ini aku tidak bisa melupakan satu hal yang dilakukan Romo untuk Dia dan aku. Dimana ketika itu tangan kami berdua dikatupkan menjadi satu disaat sebelum kami berdoa untuk Dia, Romo sempat menanyakan satu pertanyaan padaku ketika itu. Apakah aku mau untuk selamanya menjadi teman bagi Dia, selamanya ada buat Dia, tetap menjadi sahabat buat Dia bagaimana pun kondisi Dia saat ini? Malam itu ketika aku berani menganggukan kepalaku tanda aku bersedia untuk itu, aku juga sudah berjanji pada diriku sendiri, pada hatiku, kalau apa pun kata orang dan anggapan orang nantinya ketika suatu saat masalah ini tersebar, aku akan siap untuk tetap menjadi teman yang selalu mendukung Dia.
Kini, masalah itu sudah setahun lebih terlewati. Pada akhirnya semua cerita yang disimpan rapat-rapat mulai terbongkar sedikit demi sedikit. Satu lagi hal yang aku ketahui beberapa bulan yang lalu, ternyata laki-laki brengsek itu menjadikan Dia sebagai pacar kedua. Mengatur sedemikian rupa sampai semua itu tersimpan rapat hampir setahun. Bukankah dia laki-laki yang benar-benar hebat? Bisa-bisanya menyakiti perasaan cewe sampai segitu jauh, mengambil tak hanya hatiNya tapi semua milik Dia lalu meninggalkan begitu saja.
Dalam posisi seperti ini, aku tidak tau siapa yang benar dan siapa yang salah. Yang aku ketahui mereka bedua sama-sama telah melakukan kesalahan. Dan sampai kapan pun, aku tidak akan pernah menyetujui mereka berdua berhubungan. Berteman atau apa pun juga namanya. Silahkan kalau memang Dia melakukan itu besembunyi-sembunyi dibelakangku. Tapi satu hal yang harus Dia tau, aku tau semuanya. Perasaanku bisa merasakan ketika Dia berbohong untuk pergi atau pun sekedar bertemu dengan laki-laki brengsek itu.
Mungkin aku terlalu kasar menyebutnya laki-laki brengsek, tapi itu belum cukup kasar mengingat semua yang sudah dia ambil untuk merusak hidup seseorang. Karma itu ada !!! Dan silahkan tunggu saat yang tepat dari Tuhan untuk kamu !!!
>> Buat “Dia” temanku, semoga tulisan ini bisa menjadi pengingat buat Kamu kalau akan banyak yang sedih jika kesalahan terbesar ini sampai Kamu lakukan untuk kedua kalinya. Ingat, mama dan papa juga keluarga besar Kamu tidak tau akan hal ini, bayangkan sampai mereka tau suatu hari nanti apa Kamu tidak akan merasa bersalah yang lebih dalam lagi? karena Kamu membuat mereka kecewa dan malu untuk yang kedua kalinya. Paling tidak untuk saat ini, jangan buat aku merasa marah, kecewa dan sedih untuk kedua kalinya. Jangan tambah rasa bersalahku kepada mamaMu. Satu hal yang harus Kamu tau, aku selalu menangis jika mengingat masalah ini, karena aku selalu terbayang masa depanMu nantinya. Dan buat para perempuan diluar sana, biarkan tulisanku dan pengalaman “Dia” dapat menjadi pelajaran untuk kalian.<<
No comments:
Post a Comment